Kebangkitan Nasional dan Peran Guru Menuju Indonesia Emas 2045
Oleh : Hadi Buhro Wijaya, M.Si. *)
Suasana kelas Interaktif |
Setiap 20 Mei kita memperingati Hari Kebangkitann Nasional. Hari yang menandai lahirnya kesadaran kolektif akan pentingnya persatuan, pendidikan, dan perjuangan bersama melawan ketertinggalan. Lebih dari satu abad berlalu sejak berdirinya Boedi Oetomo pada 1908, namun semangat itu tetap relevan, terutama ketika kita menatap satu cita-cita besar: Indonesia Emas 2045.
Indonesia Emas bukan sekadar slogan. Ia adalah visi besar : menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada usia 100 tahun kemerdekaan. Namun visi sebesar itu akan terwujud jika ada fondasi kuat, yaitu sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Di sinilah guru memainkan peran krusial, bukan sekadar sebagai pengajar, tetapi sebagai pemandu arah peradaban bangsa.
Pendidikan Sebagai Pilar Bangsa
Dalam dokumen perencanaan nasional, pembangunan manusia menempati posisi strategis. Indonesia sadar bahwa bonus demografi yang tengah dinikmati saat ini adalah peluang emas yang tidak datang dua kali. Namun peluang itu bisa menjadi beban jika tak disertai dengan peningkatan kualitas pendidikan. Guru bukan sekadar pelaksana kurikulum. Guru adalah arsitek peradaban. Guru membentuk karakter, menanamkan nilai, dan membekali peserta didik dengan keterampilan hidup. Guru adalah pembawa obor kebangkitan yang bekerja dalam diam, namun dampaknya menjangkau lintas generasi.
Baca Juga >>>>>Pro Kontra KDM Anak di bawa ke barak Militer
Beberapa alasan mengapa kurikulum pendidikan harus sesuai dengan perubahan zaman, yang pertama membangun nilai-nilai religius dan karakter diri. Kurikulum ini menumbuhkan nilai-nilai religius siswa, seperti taat beribadah, toleransi terhadap pemeluk agama lain, dan hidup rukun. Kurikulum harus juga mengembangkan karakter diri dan nilai-nilai positif seperti kejujuran, tanggung jawab, dan mandiri.
Kedua, memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang. Kurikulum yang relevan dapat mempersiapkan siswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari di masa depan.
Ketiga, mendorong inovasi dan kreativitas. Kurikulum yang dinamis dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan masalah dan menciptakan solusi baru. Kurikulum harus dapat mengembangkan keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, kreativitas, kolaborasi, dan literasi digital. Kurikulum pendidikan juga menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Kurikulum perlu mengakomodasi perkembangan teknologi, termasuk penggunaan teknologi dalam pembelajaran dan pengembangan keterampilan digital.
Keempat, beradaptasi dengan konteks lokal. Kurikulum juga harus mempertimbangkan konteks lokal, seperti nilai-nilai budaya, norma sosial, dan karakteristik peserta didik. Dengan demikian, kurikulum pendidikan yang dinamis dan responsif terhadap perubahan zaman dapat membantu siswa untuk menjadi individu yang kompeten, adaptif, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Baca Juga >>>>>> Refleksi Hardiknas 2025
Menyemai Optimisme
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional seharusnya tidak berhenti pada seremoni. Ia harus menjadi refleksi atas tantangan masa kini dan komitmen untuk membangun masa depan. Kebangkitan sesungguhnya adalah ketika guru didengar, didukung, dan diberi ruang untuk berkreasi.
Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar seremoni tahunan. Ia adalah refleksi dan ajakan untuk terus bergerak maju. Bangsa ini pernah bangkit dari keterjajahan karena kesadaran kolektif akan pentingnya pendidikan.
Kini, untuk bangkit menjadi negara maju, kesadaran yang sama perlu dihidupkan kembali. Guru bukan hanya pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka adalah pemantik peradaban, penentu arah bangsa. Di tangan mereka, masa depan Indonesia dipahat, satu pelajaran demi satu generasi. Menyongsong 2045, mari kita beri tempat terhormat bagi guru sebagaimana mereka memberi makna bagi kemajuan negeri.
Menuju Indonesia Emas 2045, kita butuh lebih dari sekadar infrastruktur fisik. Kita butuh guru yang tercerahkan, sistem yang memberdayakan, dan masyarakat yang menghargai pendidikan. Karena kebangkitan sebuah bangsa selalu dimulai dari ruang kelas.
*) Guru Fisika