Mutu pendidikan dan pendidikan bermutu adalah dua aspek penting dalam pembangunan pendidikan. Mutu pendidikan adalah fondasi, sedangkan pendidikan bermutu adalah tujuan akhir. Untuk mencapai pendidikan bermutu, perlu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di semua level, mulai dari guru, sekolah, hingga sistem pendidikan nasional.
Mutu pendidikan bukan sekadar membangun sekolah atau kurikulum. Ia berkaitan dengan kompetensi guru, fasilitas, sarana dan prasarana, relevansi materi, akses, hingga iklim belajar yang memerdekakan. Guru sebagai ujung tombak pendidikan seringkali belum mendapatkan pelatihan berkelanjutan yang memadai. Guru selalu disibukkan dengan berbagai jenis administrasi.
Sayangnya, kita masih terlalu sering terjebak dalam pendekatan administratif ketimbang substantif. Pendidikan kita kerap lebih sibuk mengejar nilai atau angka dan kelulusan, bukan pembelajaran yang bermakna dan berdampak.
Pembelajaran bermakna dan berdampak adalah pembelajaran yang tidak hanya mengajarkan materi pembelajaran, tetapi juga menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam dan berkesan. Pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk berpikir kritis, berkarakter, kreatif, dan kolaboratif serta mengembangkan keterampilan abad ke-21.
Hardiknas bukan hanya seremoni tahunan. Ia adalah panggilan moral. Pemerintah dan pemangku kepentingan perlu memastikan bahwa peningkatan mutu pendidikan dengan prioritas nyata dalam kebijakan. Guru perlu diberi ruang dan dukungan untuk terus belajar dan berinovasi, bukan sekadar dibebani administrasi.
Pendidikan bermutu akan tercapai jika proses belajar mengajar yang efektif dan relevan diterapkan, guru memiliki kompetensi yang memadai, dan lingkungan belajar yang mendukung. Selain itu, kurikulum yang relevan, pengelolaan kelas yang baik, serta dukungan dari pemerintah dan masyarakat juga sangat penting.
BACA JUGA >>>> Manajemen Ekstrakurikuler : Strategi Pengembangan Potensi dan Bakat Siswa
Penguatan Literasi Membaca
Di tengah ledakan informasi digital dan kecanggihan gadget atau smartphone , kemampuan literasi seharusnya menjadi garda terdepan. Namun justru di sinilah kita lemah. Minat baca kita tinggi tetapi literasi baca kurang. Ini berarti seseorang memiliki keinginan kuat untuk membaca, namun kemampuan untuk memahami secara kritis masih terbatas.
Literasi membaca siswa harus ditingkatkan untuk terbiasa memahami, mengolah, mengkritisi bacaan dan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan. Misalnya ada Pojok Baca di sudut ruang kelas atau majalah dinding di depan ruang kelas bukan hanya jadi ruang kreativitas siswa, tetapi menjadi ruang diskusi antara siswa ataupun guru.
Diskusi mendorong siswa untuk menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan membentuk opini mereka sendiri, sehingga mereka lebih terbiasa berpikir kritis. Selain itu juga diskusi memberikan ruang bagi siswa untuk mengungkapkan ide-ide kreatif dan menemukan solusi baru terhadap masalah yang ada, membuat proses belajar lebih menarik dan dinamis, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Literasi pun harus dimaknai sebagai keterampilan abad ke-21 "21st-century skills". Ketrampilan abad 21 ini tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan praktis, keterampilan sosial, dan kualitas karakter yang memungkinkan individu untuk beradaptasi, berinovasi, dan berkontribusi secara efektif di era globalisasi.
Gerakan Ayo Membaca
Buku adalah jendela Dunia. Ketersediaan buku, perpustakaan sekolah dan platform digital harus mendukung minat baca dan pikir kritis anak-anak. Pemerintah, Guru, orang tua dan komunitas masyarakat harus ikut mengambil peran aktif karena pendidikan sejatinya adalah tanggung jawab bersama.
Untuk itu, Gerakan Ayo Membaca harus dihidupkan secara nyata dan menyeluruh mulai dari rumah, madrasah, sekolah, komunitas, hingga ruang digital. Perpustakaan harus menjadi tempat yang hidup. Buku harus menjadi barang yang mudah diakses, bukan barang yang mewah.
Gerakan Ayo Membaca tidak hanya di sekolah dan madrasah. Rumah harus menjadi tempat pertama anak mengenal buku. Setiap upaya kecil, seperti membaca bersama anak 15 menit sehari adalah kontribusi nyata untuk masa depan anak-anak kita.
BACA JUGA >>>> Dr. Didi Franzhardi, S.Pd., M.Pd. Terpilih Menjadi Ketua KONI OKU Timur Periode 2025 - 2029
Momentum untuk Aksi Nyata
Hardiknas 2025 seharusnya menjadi seruan untuk bergerak bersama. Pendidikan bermutu bukanlah sekadar impian. Ia bisa jadi kenyataan, bila kita semua memilih untuk berpartisipasi dan terlibat.
Ki Hadjar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan sejati harus membebaskan dan memuliakan manusia. Maka, pendidikan hari ini harus membentuk karakter, menumbuhkan daya nalar, dan pembelajaran yang bermakna dan berdampak. Mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua perlu adanya partisipasi dari semua pihak menuju Indonesia Emas 2045.
Selamat Memperingati
Hari Pendidikan Nasional 2025
*************************
*) Hadi Buhro Wijaya, M.Si
Ketua IGI OKU Timur